1. Kuchisake Onna (Wanita bermulut sobek)
Mengapa di sebut dengan wanita bermulut sobek atau kuchisake onna? Konon hantu ini merupakan sejenis siluman dalam mitologi dan legenda urban Jepang. Ia berwujud seorang wanita yang selalu menutup mulutnya yang robek. Ada yang mengatakan bahwa ia merupakan korban operasi wajah yang gagal, dan dokter yang mengoperasinya tidak sengaja memotong mulutnya hingga robek. Sehingga wanita itu histeris dan marah kemudian membunuh dokter tersebut. Wanita tersebut kemudian di bunuh oleh penduduk kota dan menjadi hantu penasaran.
Sementara itu dalam versi legenda urban Jepang, kuchisake onna adalah wanita muda yang hidup pada zaman Heian yang kemungkinan ia adalah istri atau selir samurai. Ia sangat cantik namun sombong, ia juga sering berselingkuh. Kemudian suaminya merasa cemburu karena telah dikhianati, kemudian menyerang istrinya tersebut dan merobek mulutnya hingga ke kuping.
Konon ia sering berjalan-jalan di tempat yang sepi dan apabila berjumpa dengan orang yang ditemuinya maka ia akan menanyakan “Apakah saya cantik?”. Bila orang yang menjawabnya “Ya”, maka ia akan membuka maskernya dan bertanya kembali, “Bahkan bila seperti ini?”. Biasanya karena terkejut dan takut kemudian menjawab “tidak”, maka akan di bunuh. Namun apabila menjawab tetap “ya” setelah melihat wajah dibalik maskernya, ia akan merasa gembira dan membebaskannya. Tapi ada pula yang mengatakan walaupun melakukan itu, ia akan diikuti samapai ke rumah lalu akan dibunuh di depan pintu rumah si korban. Apabila korbannya adalah wanita, maka akan dirobek mulutnya hingga serupa dengannya, bila korbannya anak-anak, maka akan dimakan.
Tapi ada pula yang mengatakan, apabila ingin selamat dari kuchisake onna ini maka jawab saja “biasa saja” atau “begitulah”. Karena dengan menjawab itu akan membuat kuchisake onna kebingungan dan ada waktu untuk melarikan diri. Cara lainnya adalah dengan memberikan permen keras berwarna kuning tua karena ia menyukainya. Bisa juga dengan mengatakan “pomde” sebanyak 3 atau 6 kali, maka kuchisake onna akan merasa ketakutan dan kabur karena mengingatkannya pada kejadian yang membuat ia menjadi seperti itu. Atau bisa pula memakai pomde untuk mencegahnya mengikuti.
2. Yuki Onna (Hantu wanita Salju)
Yuki onna tergolong pada siluman wanita salju. Hantu ini konon berwujud cantik sekali dengan rambut hitam terurai panjang. Namun ia akan membunuh pemuda-pemuda yang tertarik pada dirinya. Dan konon pemuda yang dibunuh itu akan membeku. Tapi pada akhirnya yuki onna ini mencair berkat kehangatan hati seorang pemuda yang bernama Mokishi.
Yuki-onna muncul saat malam bersalju sebagai sosok wanita cantik bertubuh tinggi dengan rambut hitam dan bibir biru pucat. Kulitnya yang pucat atau bahkan transparan membuatnya tampak berbaur dengan bentang alam bersalju (seperti yang populer diceritakan dalam buku karya Lafcadio Hearn, Kwaidan: Stories and Studies of Strange Things). Kadangkala ia memakai kimono putih,[3] namun legenda lainnya mendeskripsikannya sebagai wanita telanjang, dan hanya wajah serta rambutnya saja yang tampak menonjol di tengah salju.[4] Meskipun tampak cantik, tatapan matanya dapat meneror manusia. Ia melayang di atas salju, sehingga tidak meninggalkan jejak kaki (beberapa legenda menyatakan bahwa ia tidak memiliki kaki, ciri-ciri pada kebanyakan hantu Jepang), dan ia dapat berubah menjadi kabutatau salju jika merasa terancam.
Menurut legenda, Yuki-onna yang dikaitkan dengan musim dingin dan badai salju, adalah arwah seseorang yang tewas dalam salju.[5] Di sisi lain, ia tampak cantik dan tenang, namun kejam saat membunuh orang yang tak bersalah. Sampai abad ke-18, hampir seluruh legenda menceritakannya sebagai makhluk yang jahat. Dalam kisah masa kini, sosoknya sering digambarkan lebih manusiawi, menekankan pada sifat hantunya dan kecantikannya yang sekejap.[6]
Legenda Yuki-onna berbeda-beda antara versi satu dengan versi lainnya. Dalam berbagai kisah, Yuki-onna menampakkan diri pada para pengelana yang terjebak dalam badai salju, dan menggunakan hembusan nafasnya yang dingin untuk membekukan mereka sampai mati. Legenda lain menyatakan bahwa mereka menyesatkan para pengelana sampai mati kedinginan. Dalam kisah lain, ia berwujud sebagai wanita yang menggendong anak.[3] Legenda lain menceritakan Yuki-onna yang lebih agresif. Dalam kisah tersebut, ia menyerang rumah penduduk, mendobrak pintu dengan hembusan angin demi membunuh penghuninya saat tertidur. Di suatu kisah, ia bersifat lebih mirip vampir, menguras darah korbannya atau "daya kehidupannya". Kadangkala ia bersifat mirip succubus, menggerogoti pria berkemauan lemah untuk membekukannya melalui hubungan seksual atau ciuman.[3]
Seperti salju dan musim dingin, Yuki-onna memiliki sisi yang lembut. Kadangkala ia membiarkan korbannya pergi karena berbagai alasan. Dalam suatu legenda, ia membiarkan seorang pemuda tetap hidup karena ketampanan dan usia yang masih muda. Ia membuat perjanjian agar si pemuda tidak menceritakan keberadaannya, namun di kemudian hari, si pemuda menceritakan pertemuannya dengan Yuki-onna kepada istrinya yang ternyata merupakan penjelmaan Yuki-onna. Si istri menghujat suaminya karena telah melanggar perjanjian, namun ia mengampuni nyawa suaminya demi kelangsungan hidup anak-anak mereka (namun jika si suami berani menganiaya anak mereka, Yuki-onna akan datang kembali tanpa memberi ampun kepadanya. Untungnya, si suami merupakan seorang ayah yang baik).[6]Dalam versi lain, Yuki-onna memilih untuk tidak membunuhnya, karena ia menganggap suaminya tdak melanggar perjanjian (Yuki-onna bukanlah orang, sehingga tidak termasuk melanggar perjanjian).
3. Rokurokubi (Hantu Jepang Leher Panjang)
Hantu leher panjang ini konon pada saat menjadi manusia ia dihukum karena melanggar pantangan dalam agama Budha. Pada siang hari hantu ini nampak seperti manusia biasa, mereka membaur dengan masyarakat dan bahkan ada yang mempunyai suami. Tapi ketika sudah malam hari, wujud aslinya baru terlihat. Lehernya memanjang dan wajahnya berubah menyeramkan. Katanya hantu ini kerap menakuti orang, biasanya ia menampakkan diri dihadapan pemabuk atau orang yang sedang tertidur, dan katanya ia juga menghisap darah.
4. Nukekubi
Nukekubi (抜首 , ditulis dalam aksara Cina, bermakna leher yang bisa dilepas; juga ditulis dalam aksara Hiragana sebagai "ぬけくび" atau dalam Katakana adalah "ヌケクビ" [namun masih dibaca sebagai "Nukekubi"]) adalah yōkai (monster) dalam cerita rakyat Jepang. Pada siang hari, nukekubi berwujud manusia biasa. Pada malam hari, kepala mereka terlepas dan terbang utnuk mencari mangsa berupa manusia. Setelah menemukan korban, kepala ini akan menjerit lalu menggigit korbannya.
Sementara kepalanya terlepas, tubuh nukekubi menjadi benda mati. Dalam beberapa legenda, ini merupakan salah satu kelemahan nukekubi; jika kepala nukekubi tak bisa menemukan badannyanya sampai matahari terbit, maka nukekubi itu akan mati.
Pada siang hari, nukekubi berusaha membaur dalam masyarakat. Tekadang mereka hidup berkelompok, berpura-pura sebagai suatu keluarga. Satu-satunya ciri nukekubi adalah adanya garis merah di lehernya yang merupakan tempat terlepasnya kepalanya, dan nukekubi sering menyembunyikan tanda ini.
Dalam karyanya yang berjudul Kwaidan, Lafcadio Hearn salah mengidentifikasikan nukekubi sebagai Rokuro-Kubi, sebuah kesalahan yang juga muncul dalam buku fantasi aksi, Sword of the Samurai, dan dalam novel The Art of Arrow-Cutting karangan Stephen Dedman. Rokuro-kubi mirip dengan Nukekubi namun merupakan makhluk yang berbeda; Rokuro-kubi tidak melepaskan kepalanya melainkan memanjangkan lehernya.
Nukekubi juga muncul dalam komik Hellboy tahun 1998 berjudul Heads. Tujuh nukekubi muncul dalam film animasi Hellboy: Sword of Storms.
5.Sadako
Sadako Sasaki (佐々木 禎子 Sasaki Sadako , 7 Januari 1943 – 25 Oktober 1955) adalah gadis Jepang yang masih berumur dua tahun ketika bom atom dijatuhkan tanggal 6 Agustus 1945, di dekat rumahnya di sekitar jembatan Misasa, Hiroshima, Jepang. Sadako dikenang akan kisahnya yang mencoba melipat seribu bangau kertas (千羽鶴 Senbazuru )menjelang kematiannya; kisah akan harapan yang selalu dikenang dan diangkat dalam budaya populer.
Sadako berada di rumahnya saat ledakan terjadi, sekitar satu mil dari Ground Zero. Bulan November 1954, leher dan bagian belakang telinga Sadako membengkak. Bulan Januari 1955, bercak ungu bermunculan di kedua kakinya. Akhirnya, ia didiagnosa menderita leukemia (ibunya menganggap itu sebagai "suatu penyakit akibat bom atom").[1] Ia mulai dirawat di rumah sakit pada tanggal 21 Februari 1955, dan dinyatakan bahwa ia hanya punya sisa hidup—paling lama—sekitar setahun.
Beberapa tahun setelah serangan bom atom, meningkatnya kasus leukemia mulai terlihat khususnya pada anak-anak, dan awal 1950-an telah jelas bahwa leukemia adalah dampak pancaran radiasi bom atom.[2]
Tanggal 3 Agustus 1955, sahabat Sadako, Chizuko Hamamoto datang menjenguknya ke rumah sakit. Chizuko memotong secarik kertas emas agar berbentuk persegi dan melipatnya menjadi burung bangau kertas, berdasarkan suatu cerita kuno dari Jepang bahwa siapapun yang melipat seribu bangau kertas maka permohonannya akan dikabulkan oleh para dewa. Menurut versi terkenal dari kisah tersebut, Sadako merasa tak mampu mencapai jumlah 1.000, sehingga ia hanya mampu melipat sampai 644 sebelum meninggal, dan teman-temannya melanjutkan usahanya sampai genap berjumlah 1.000 lalu mereka menguburkan semuanya bersama Sadako. Versi ini diambil dari buku Sadako and the Thousand Paper Cranes. Menurut eksibisi yang berada di Museum Monumen Perdamaian Hiroshima dinyatakan bahwa akhir bulan Agustus 1955, Sadako berhasil mewujudkan cita-citanya dan melipat bangau kertas lebih banyak lagi.
Sadako kekurangan kertas meskipun punya banyak waktu luang selama di rumah sakit. Ia menggunakan kertas obat atau kertas apapun yang didapatkannya, termasuk ke kamar pasien lainnya untuk meminta kertas dari bingkisan para pembesuk. Chizuko juga membawa kertas dari sekolah untuk digunakan oleh Sadako.
Selama dirawat di rumah sakit, kondisinya semakin memburuk. Sekitar pertengahan Oktober, kakinya membengkak dan berubah warna menjadi ungu. Setelah keluarganya memaksanya untuk makan, Sadako meminta Ochazuke dan berkata "rasanya enak" yang merupakan kata-kata terakhirnya. Dengan keluarga di sekelilingnya, Sadako meninggal di pagi hari tanggal 25 Oktober 1955 pada usia 12 tahun.
Nah itulah beberapa Hantu yang ada di japan,jadi apa kamu masih tertarik dengan beberapa hantu diatas?
Kuchisake,Rokubi,sadako dan yuki itu aku tau :)
BalasHapus